Wirausahawan muda, khususnya di Bali mulai banyak bermunculan sejak kesuksesan beberapa wirausahawan lokal. Sebut saja usaha sepatu Nilou yang sampai mampu menembus pasar dunia. Atau Wensislous Makmur, seorang pengrajin tas karung beras yang sudah bermain di pasar global. Tidaklah heran kalangan muda di Bali mulai berhasrat menciptakan lapangan kerja mereka sendiri.
Tentu merupakan hal positif bila anak muda mau berwirausaha. Selain dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, berwirausaha juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Secara tidak langsung, wirausaha juga mengurangi angka pengangguran. Namun, belakangan banyak wirausahawan yang gulung tikar. Ada apa gerangan?
Hal itu merupakan dampak pasar lokal yang kurang menjanjikan. Konsumen dalam negeri akan lebih memilih produk kreasi buatan luar daripada kreasi anak bangsa. Selain karena faktor nama besar, juga moral bangsa kita yang bangga menggunakan barang-barang luar negeri.
Mereka yang bermain di pasar ini (nasional), kebanyakan kalah pamor dengan produk kreasi impor yang sudah memiliki nama. Tentu saja hal itu hanya karena stigma yang berkembang di masyarakat. Stigma yang berkata,”produk luar lebih memiliki pamor ketimbang produk lokal”. Sebenarnya, yang ingin dibeli konsumen bukannya kualitas barang melainkan sebuah ”nama”. Produk luar yang telah memiliki nama, akan diminati oleh konsumen. Meskipun dari segi kualitas maupun model, produk dalam negeri tidak kalah saing
Apabila tetap berusaha bermain di pasar lokal, maka hasilnya nihil. Layaknya menebar garam di lautan.
Seperti halnya usaha sepatu Nilou yang di bangun Ni Luh Ary Pertami Djelantik. Ia tak lantas bermain di pasar lokal, namun melakukan gambling dengan langsung mencoba peruntungan di pasar dunia. Hasilnya, Nilou berhasil mencuri hati dunia. Dengan kerja keras dan semangat berwirausaha, menjadikannya salah satu wirausahawan muda sukses di Bali. Secara otomatis, pasar lokalah yang “mengunjunginya”.
Pasar Internasional memiliki “rasa” yang berbeda dengan pasar nasional. Konsumen di sana (Internasional) lebih mementingkan kualitas dan inovasi ketimbang nama besar. Oleh karena itu, persaingan di pasar dunia lebih terasa. Namun di sisi lain, hal itu menjadi jalan masuk bagi bisnis mandiri lokal yang memiliki inovasi serta kreasi tinggi.
Menilik dari kisah Nilou, wirausaha, khususnya di Bali sebaiknya tidak menargetkan tembus pasar nasional dulu. Namun, memiliki impian untuk langsung menembus pasar yang lebih luas, dengan konsumen yang lebih heterogen. Didukung dengan kualitas dan model “up to date, produk kita tidak akan kalah bersaing di pasar Internasional.
Terbesit kata, “mengapa kita mengambil pisau bila sudah disiapkan pedang”. Kutipan kata ini seakan memberikan kita gambaran. Sebagai seorang wirausaha, kita harus berani mengambil resiko. Bila kita terlalu takut menapaki dunia luar, lebih baik kita manjadi orang yang terpimpin. Karena orang yang berani mengambil resikolah seorang pemimpin. (una)
No comments:
Post a Comment