Dahulu, Bali dikenal sebagai pulaunya Hindu. Karena pada masa itu, mayoritas panduduk Bali merupakan agama Hindu. Oleh karena itu, Bali dikenal pula sebagai pulau seribu pura, dimana pura merupakan tempat ibadah agama Hindu.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bali berkembang menjadi masyarakat yang multikultur. Bali tidak lagi menjadi milik orang Bali saja, melainkan milik bangsa, bahkan milik dunia. Tapi, meskipun Bali telah berkembang menjadi menjadi masyarakat yang heterogen, penduduk agama Hindu tetap mendominasi.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan Bali, persentase pemeluk agama Hindu 67,94 %, Islam 23,03 %, Kristen 2,24 %, Protestan 4,87 % dan Buddha 1,97 %. Data itu menunjukkan agama Hindu tetap mendominasi, tapi kita juga melihat perkembangan agama lain, diantaranya Islam dan Kristen.
Baliu merupakan desa dunia, tujuan wisata dunia yang datang dari berbagai belahan bumi, membawa begitu banyak kepentingan yang dilakukan di Bali. Dengan adanya berbagai pelaku budaya yang mendiami pulau ini, maka dalam mengekspresikan aspirasi atau kepentingan masing-masing, lambat laun akan terjad gesekan-gesekan budaya, ideologi, paham, bahkan akan terjadi pengeroposan budaya lokal.
Perbedaan kepentingan akan menimbulkan konflik-konflik sosial yang berakibat perpecahan masyarakat Bali. Ditambah dengan kejadian Bom Bali yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan mengatas namakan agama. Peristiwa tersebut seakan memprovokasi masyarakat terhadap suatu agama tertentu sebagai penyebab tragedi tersebut. Dan itu merupakan salah satu penyebab timbulnya rasa saling curiga, yang tentu saja memicu terjadinya konflik antar agama di tengah masyarakat Bali yang multikultur.
Kecurigaan yang timbul dalam masyarakat akibat dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap agama tertentu. Ada 2 hal yang mungkin menjadi penyebab ketidakpercayaan tersebut. Yang pertama, toleransi antar agama sudah dieliminasi dari kehidupan bermasyarakat. Toleransi merupakan sikap yang dapat membuat 2 hal yang berbeda menyatu. Bila toleransi sudah dtiadakan, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan beragama, akan terjadi suatu ketidakharmonisan dalam masyarakat itu.
Yang kedua adalah sikap keterbukaan. Bila suatu golongan masyarakat terbuka terhadap golongan masyarakat lain, maka akan timbul toleransi antar masyarakat. Keterbukaan dan toleransi merupakan 2 hal yang saling berkaitan. Bila sikap keterbukaan telah terjadi maka toleransi pun akan muncul.
Seperti apa yang terjadi di kampung Bugis dan kampung islam Kepaon dengan masyarakat Hindu di sekitarnya. Ditengah maraknya berbagai macam konflik sosial yang pada akhirnya sering mengatasnamakan agama, mereka selalu mengatasinya dengan keterbukaan dan kekeluargaan. Sikap toleransi tersebut disebabkan oleh nilai-nilai sejarah yang selau mereka jadikan pedoman dan diimplementasikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Bial suatu masyarakat minoritas menjaga sikap keterbukaan terhadap masyarakat mayoritas, maka toleransi akan muncul. Hal tersebut akan menimbulkan keharmonisan dan kerukunan antar masyarakat. Untuk merealisasikan hal tersebut, perlu adanya sikap saling percaya dan menghargai antar masyarakat. Kepercayaa disini diperlukan untuk menghilangkan kecurigaan akibat perbedaan yang ada.
Bukannya perbedaan yang menyebabkan hal tampak indah???
No comments:
Post a Comment