madyapadma

madyapadma
my first teacher in journalistic

Tuesday, July 6, 2010

Hening, Tekan Global Warming, Ciptakan Harmonisasi

Hening dan sunyi. Mungkin hal itulah yang partama terlintas ketika mendengar kata “nyepi”. Hari raya umat Hindu ini belakangan mejadi buah bibir di dunia internasional. Hal itu akibat kontribusi yang ditimbulkan oleh warisan kebudayaan yang berasal dari pulau Bali ini.

Hari raya Nyepi merupakan hari dimana seluruh umat Hindu di Indonesia tidak melakukan aktivitas apapun. Khusus di Bali, hari raya nyepi menjadi “hari hening” sehari. Tak ada satu kendaraan pun yang diperbolehkan berkeliaran. Tak ada suara, keribuatan, hanya keheningan. Itu dekenal sebagai Catur Brata Penyepian.

Akibat nyepi yang hanya dilaksanakan di Bali ini, pengaruhnya dirasakan sampai ke seluruh dunia. Seperti yang kita ketahui, dunia dewasa ini dilanda pemanasan global. Atmosfer semakin menipis akibat naiknya emisi gas CO2. Akibatnya, sinar UV matahari dapat masuk ke bumi, dan mengakibatkan Global Warming.

Bali secara tidak langsung mengurangi sumbangan emisi gas karbon melalui hari raya Nyepi. Hal itu memberi dampak positif terhadap perkembangan dunia. Melalui KTT UNFCC (United Nation for Climate Change) yang di laksanakan di Nusa Dua, hari raya Nyepi menginspirasi PBB untuk mencetuskan World Silent Day (WSD). World Silent Day atau Hari Hening Sedunia merupakan terusan dari usaha PBB untuk menekanan laju emisi gas karbon di dunia.

WSD mulai dikenalkan di dunia internasional melalui aktivis-aktivis lingkungan di seluruh dunia. WSD disepakati jatuh pada tanggal 21 Maret, dari pukul 10.00 sampai 14.00. Hal itu disambut baik oleh kalangan aktivis dunia serta para pakar lingkungan. Sekarang para aktivis itu berjuang untuk mendapatkan sepuluh juta tanda tangan untuk mengesahkan WSD.

Sambutan baik di dunia Internasional, ternyata tidak diikuti respon positif di dalam negeri. Meskipun merupakan warisan budaya turun temurun, Nyepi masih saja menimbulkan gejolak di dalam negeri. Beberapa pihak masih berpendapat bahwa Nyepi tidak ubahnya hari biasa. Tak ada yang istimewa.

Pendapat seperti itu memang banyak dijumpai di luar Bali. Mereka menganggap bahwa Nyepi hanya hari raya umat Hindu. Tidak lebih dari itu. Mereka tidak menyadari dampak positif yang ditimbulkan hari raya yang diperingati pertahunnya ini. Berawal dari ketidaktahuan, dijalankan dengan ketidakpedulian, diakhiri dengan penyesalan.

Namun, keadaan di Bali jauh berbeda. Belakangan, Bali jauh lebih kondusif. Hal itu karena umat yang lama hidup di Bali telah mengetahui serta menghargai warisan budaya itu sendiri. Saat hari raya Nyepi, mereka ikut melaksanakan brata, yaitu tidak keluar rumah. Rasa pengertian yang ditujukan oleh umat lain itu menunjukkan penghormatan mereka terhadap umat Hindu. Itu menyebabkan keharmonisan antar umat di Bali. Secara tidak langsung, hal itu juga ikut berperan dalam usaha menekan laju global warming di dunia. (utm)

No comments:

Post a Comment