madyapadma

madyapadma
my first teacher in journalistic

Wednesday, November 10, 2010

Jangan Hanya Sebatas Wacana!


Oleh : I Made Utama Jaya Wiguna

Sepuluh tahun yang lalu, anak-anak belari tak kenal lelah di lapangan yang terletak di pinggiran. Kota yang masih dipenuhi sesak pepohonan. Hijau. Belum tergerus isu global warming. Bahkan, mungkin pada saat itu global warming belum didefinisikan. Tawa bahagia seakan menjadi bagian dari kota yang masih “perawan”. Belum tersentuh.

Tawa bahagia itu seketika hilang. Bumi seribu pura tak lagi “perawan”. Tanah lapang pinggiran, tempat dahulu anak-anak bermain, telah disulap menjadi mall besar nan megah. Sawah tempat petani menyambung hidup menjadi jalan raya. Kawasan hijau tak lagi hijau. Penyerobotan tak lagi dipermasalahkan, asalkan ada timbal baliknya. Hal itu seakan menumpulkan taji krama Bali.

Bali kini

Kawasan hijau sudah tergerus. Wacana tentang penyelamatannya hanyalah sebatas angin lalu. Hal itu tak dapat disangkal lagi, baik oleh Pemda (Pemerintah Daerah) maupun pihak terkait. Kawasan yang sepantasannya menjadi ruang hijau, kini sudah diselipi beberapa bangunan. Pohon yang dulu menjadi tempat berteduh diubah menjadi emperan toko. Tanah lapang yang dahulu digunakan sebagai arena bermain kini ditumbuhi bangunan besar nan kokoh. Hal itu sudah tak dapat dielakkan lagi.

Yang dikambing hitamkan bisa ditebak. Waktu. Apabila ada praktisi lingkungan yang mencemooh, jawaban yang keluar tidak lain tidak bukan, modernisasi. “Waktu yang berkehendak dan memutuskan”, “kita tidak bisa melawan waktu”. Begitu katanya. Hah, seakan kerusakan alam Bali memang sudah dicanangkan oleh sang waktu. Seiring perkembangan masa, waktu sering kali disalahkan. Padahal, waktu hanyalah suatu patokan. Pedoman. Tidak lebih. Hanya saja manusia mencari-cari alat untuk dipersalahkan. Hal itu untuk membenarkan tindakan mereka yang tidak terpuji.

Salah satu bukti yang menyangkut waktu adalah bencana alam. 10 tahun silam, banjir hampir tak pernah mengunjungi Bali, seberapa pun derasnya air langit jatuh. Tanah longsor pun tak terdengar batang hidungnya. Itu secara tidak langsung memberikan suatu penilain terhadap lingkungan Bali pada saat itu. Tentu saja disini merupakan penilaian yang positif.

Berbeda dengan Bali dewasa ini. Bila kita membuka lembaran surat kabar, headlinenya memberitakan tentang korban tewas akibat tanah longsor di Karangasem. Lanjut ke halaman kedua, hujan deras menyebabkan sungai meluap di Buleleng. Dibawahnya, banjir melumpuhkan aktivitas warga. Ke halaman ketiga, ruang hijau kota beralih “fungsi”. Atau yang lebih parah, di halaman keempat tentang penggerusan daratan Bali. Hal itu seakan menjadi bukti dangkalnya pemikiran orang Bali terhadap lingkungan. Sungguh suatu ironi. Di tengah wacana dunia untuk menghentikan laju pemanasan global, Bali justru bergerak mundur dari posisi awalnya.

Peran Krama Bali

Dalam ajaran agama Hindu dikenal Tri Hita Karana. Ajaran yang mengajarkan umat manusia untuk memiliki hubungan yang harmonis terhadap semua hal yang ada di dunia ini. Termasuk juga di dalamnya harmonis dengan lingkungan sekitar atau alam yang dikenal dengan nama palemahan. Sebenarnya, masyarakat Hindu dulu menjunjung tinggi ajaran ini. Maka dari itu, alam Bali dulu hampir tak terjamah modernisasi, padahal Bali merupakan destinasi wisata. Perubahan sikap manusia Bali baru terlihat beberapa tahun belakangan. Mungkin hal itu karena penurunan toleransi terhadap lingkungan sekitar. Akibat kerakusan orang Bali sendiri.

Untuk membenahinya, peran seluruh warga Bali sangatlah dibutuhkan. Seperti wacana Gede Prama dalam Dharma Wacananya, ciptakan Bali Shanti. Mungkin untuk permulaan, janganlah kita saling menyalahkan. Marilah ciptakan kondisi Bali yang kondusif. Perbedaan pendapat memang tidak salah, namun ada baiknya kita bicarakan baik-baik. Jangan asal main keluar diskusi. Kalau terus begitu, warga Bali juga yang repot. Disini diperlukan suatu pemahaman, bukan hanya pemahaman akademis, namun juga pemahaman sosial dan budaya.

Menata ulang tata ruang Bali yang sudah “amburadul” memanglah bukan perkara gampang. Namun bukannya tidak mungkin. Peran serta para tetua yang tahu betul ajaran agama sangat dibutuhkan. Karena kita hidup tidaklah sendiri. Alam itu pun memiliki rasa. Jadi kita tidak boleh sembarangan memutuskan. Terlebih di Bali kepercayaan kosmik sangat diyakini. Itu menjadi PR bagi para pemimpin Bali di masa depan.

Warga kota juga berhak untuk menikmati tata ruang kota. Tentu saja. Karena untuk merekalah tata kota itu ada. Bukannya untuk kepentingan beberapa pihak. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran para oknum terkait untuk mengadakan diskusi terbuka. Disana masyarakat luas yang peduli boleh ikut andil. Terlebih mempunyai usulan yang membangun. Sebenarnya masalah pemimpin di Bali adalah kurang mendengar aspirasi rakyatnya. Apabila sudah terbuka, kedua belah pihak pun saling mengerti. Tak kan ada lagi demo-demo yang hanya akan menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Tata kota Bali

Merembet ke masa sekarang, tata kota Bali layaknya benang kusut. Lihat saja kawasan Renon. Sepantasnya menjadi ruang terbuka hijau, eh… malah banyak bangunan berdiri nan kokoh. Tak habis pikir. Karena itulah peran serta kesadaran orang Bali itu sendiri yang sangat penting. Bukannya wacana pemerintah yang hanya bualan semata. Sebagai manusia yang hidup di Bali, sudah semestinya kita menjaga Bali. Meskipun tanpa adanya wacana pemerintah. Kita seharusnya sadar, siapa yang akan menikmati Bali itu? Tidak lain tidak bukan adalah kita sendiri. Manusia Bali. Orang yang hidup di Bali.

Tata ruang memang sudah tak terkontrol. Tapi diri kita sebagai manusia-manusia Bali masih mempunyai akal pikiran untuk membenahinya. Meskipun sulit, kita harus berusaha menjadikan Bali kembali ke masa jayanya. Dimana tak pernah ada banjir, tanah longsor, maupun penggerusan daratan. Agar kita kembali melihat senyum anak-anak yang bermain riang di sudut kota. Berlari-larian. Senyum yang akan selalu senantiasa menghiasi hari-hari mereka. Bukanya itu yang kita inginkan? Para pemimpin masa depan yang cakap.

Saturday, November 6, 2010

Painful By Kisses - Wish of a Lonely Man Lyric



I try to pass this graveyard to see you again
It’s been six years pass trough my life
Without you by my side
The day you die,
And leave me forever
It feels
Like it happened yesterday

All those bad memories just…
Still stuck inside of me
Being a dark shadow that always snares
Me with endless pain…
This loneliness
Guides me to end my life
That’s always limp and fragile without you

Here I am’ in front of your broken grave
With a gun in my right hand prepare to finish
All this guilty feelings

( Reff )
Please don’t leave me alone,
I’m so desperate and broken
The only thing that appears in my head
Just to suicide away
This gun fully loaded ( full with bullets),
Just like they wish for me
A wish that gonna make me see you again
In heaven

---download here--- (normal version)

---download here--- (accoustic version)

Tuesday, November 2, 2010

"The Secret" e-book free download


Apa yang sebenarnya membuat Plato, Shakespeare, Newton, Hugo, Beethoven, Lincoln, Emerson, Edison dan Einsten, menjadi orang-orang ‘besar’ dalam sejarah manusia ? Jawabannya, sangat sederhana namun membutuhkan pemahaman tersendiri. Mereka menjadi ‘besar’ karena telah mengenal Rahasia Kehidupan ini.

Rahasia ini telah diwariskan berabad-abad. Ketika Anda mempelajari Rahasia ini, Anda akan menyadari bahwa Anda dapat melakukan segala sesuatu yang Anda inginkan. Anda akan menyadari siapa diri Anda sesungguhnya dan keagungan sejati sedang menanti Anda dalam hidup ini (Penulis)

Sinopsis :
Setiap orang sebenarnya memiliki kekuatan tersendiri dalam mengendalikan kehidupannya. Tinggal bagaimana kekuatan itu diolah, ibaratnya seperti sebuah medan magnet yang ada di alam semesta ini. Dan kuncinya adalah memfokuskan keinginan kita itu dalam pikiran. Pikiran tersebut kemudian memantulkan daya magnetis ke arah yang menjadi keinginan kita.

Ini sudah dilakukan 24 guru yang kisahnya bisa dibaca dalam buku karya Rhonda Byrne ini. Bahkan dalam filmnya berdurasi 120 jam, “The Secret”, suara-suara para guru tersebut memberikan kekuatan tersendiri untuk memotivasi setiap penontonnya.

Satu diantara pengalaman dari ke-24 guru yakni Bill Harris pendiri Centrepoint Research Institute, yang memiliki murid bernama Robert seorang gay. Bill meminta Robert untuk mengubah pikirannya untuk meninggalkan karakter gay ternyata membuahkan hasil. Enam minggu kemudian setelah Robert mengubah pikirannya, keajaiban terjadi. Orang-orang di sekitarnya tidak lagi melecehkan kepribadiannya.

Menurut Harris, keajaiban yang diperoleh Robert tak lain karena Robert berhasil memancarkan frekuensi yang berbeda ke alam semesta. Dan semesta ‘pastilah’ mengirim gambar-gambar dari frekuensi baru terlepas dari betapa mustahilnya situasi itu tampaknya. (halaman 22).

Deskripsi :
Pernik-pernik Rahasia Besar telah ada dalam tradisi lisan, kesusastraan, agama dan filsafat selama berabad-abad. Untuk kali pertama, semua percik rahasia itu disatukan dalam sebuah pesan yang akan mengubah hidup orang-orang yang mengalaminya.

Dalam buku motivator ini, Anda akan mempelajari cara menggunakan Rahasia di dalam setiap aspek kehidupan baik di bidang keuangan, kesehatan, relasi, kebahagiaan dan dalam setiap interaksi yang Anda alami di dunia. Anda akan mulai memahami kekuatan yang tersembunyi dan belum pernah tersentuh di dalam diri Anda.

Buku ini berisi kearifan dari para guru masa kini yang telah menggunakannya untuk mencapai kesehatan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Dengan menerapkan pengetahuan Rahasia “berpikir positif, maka kita akan mendapatkan sesuatu yang juga positif”.

---download e-book the secret---

*e-book the secret 1 ---download---

*e-book the secret 2 ---download---

*e-book the secret 3 ---download---

*e-book the secret 4 ---download---

enjoy it ...

^_^